Purnama, ketika bebatuan terjal berhasil mengusir rasa kantuk
saya di sepanjang jalur maut itu akhirnya terang bulan purnama
menyambut kami rombongan di pos pertama. Disini masih
padat penduduk dengan suasana satu dua warung masih terbuka menjual
makanan yang sengaja di persiapkan untuk para pendaki. Bahkan ada
seorang pedagang kaki lima menggelar lapak menjual sarung tangan dan
beberapa aneka topi kupluk.
Pos pertama masih berjarak 300 meteran terletak diatas agak menanjak curam dari tempat kami turun dari angkot. Disana tersedia beberapa tempat istirahat cukup luas untuk rombongan kami yang berjumlah 29 orang.
Sebetulnya tempat ini adalah warung warga setempat yang kebetulan tutup karena memang sudah lewat larut malam alias dini hari. Fasilitas toilet dan kamar mandi juga lengkap. Saya tidak membuang kesempatan untuk memanfaatkan toilet yang berjajar itu. Ini pasti toilet terakhir. Kata teman saya. Setelah dari sini sampai ke puncak gunung hanya akan ada semak belukar dan alang alang untuk dijadikan wc umum. Tinggal memilih tempat yang pas dan nyaman untuk sebuah hajatan besar. Mungkin semakin jauh memilih tempat dari track pendaki semakin nyaman karena semakin tidak kedengaran orang saat "ngeprint" dan sedikit kentut. Tapi resiko hilang di hutan setelah itu juga besar. Sementara saya memilih disini saja, di pos pertama.
peserta rombongan
memilih tempatnya masing masing untuk istirahat.
Karena memang rencananya kami berangkat dari pos ini pagi hari nanti
sekitar
jam 7.00 tepat. Masih ada beberapa jam untuk merebahkan badan untuk
tidur sejenak. Saya istirahat ditempat yang paling pojok dari sisi sisi
warung itu. Suasananya agak gelap dan lembab karena embun pagi yang
dingin. Tidak lama kemudian suara adzan subuh terdengar jelas dari
pengeras suara masjid yang tidak jauh dari tempat kami istirahat.
Sebetulnya saya tidak benar benar tidur disitu. Tempat yang saya kira
nyaman ternyata nyaman juga untuk para nyamuk. Suara dan gigitan para
nyamuk lumayan sangat mengganggu istirahat saya. Yang terlebih
mengganggu lagi adalah suara teman teman yang saya dengar bahwa di
warung tidak jauh dari situ sudah dibuka untuk sarapan pagi dan minuman
hangat. Kalau yang ini saya pasti terbangun beranjak untuk sarapan.
Setelah usai sarapan dan segelas teh hangat saya menuju masjid untuk
shalat subuh. Ada kecelakaan kecil ketika menuju masjid. Sepatu saya
tergelincir karena jalan licin dan tidak datar menyebabkan jatuhlah
tubuh saya ditempat itu. Untungnya saya pakai sarung tangan tebal
sehingga tidak ada yang luka. Lebih untung lagi tidak ada yang melihat
saya jatuh waktu itu. Tentu memalukan bila terjadi di hadapan orang
banyak. Namun, saya dapat pelajaran berharga dari kejadian itu. Bahwa
sepatu gunung yang saya kenakan tidak cocok untuk jalan berbatu lebar
karena di bagian bawah sepatu mirip dengan sepatu bola yang banyak pool
hanya cocok di medan bertanah. Sungguh Tuhan mengajari saya jatuh dulu
untuk tidak jatuh kembali kemudian hari. Ini kata hati saya, lumayan
untuk sekedar menggembirakan..
bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar