Page

Selasa, 24 Juli 2012

#Ramadhan Api



  1. Ramadhan merupakan bulan api..
  1. Resonansi Ramadhan kayak2nya memang api. Kalo dari bahasa, Ramadh itu hawa panas yang menyebabkan fatamorgana.. Mata sampe merah krn panas.
  1. Hawa panas yang merupakan fatamorgana air dijalan itu dzat utama dari partikel Jin. Coba nyalain api akan terlihat hawa panasnya..
  1. Kalo sy sebut Jin. Pasti dibilang klenik. Tp kalo pake bahasa frekwensi atau energy. Terdengar ilmiah.. Esensinya sama aja.
  1. Nah.. Kalo ada batu yang katanya di isi khadam. Liat aja batunya. Kalo ada hawa fatamorgananya. Berarti ada energy khadamnya.. Simple.
  1. Hawa itu.. Menurut sy sangat tinggi muatannya pas bulan Ramadhan. Wadag manusia kapan saja bisa terbakar tiba2 karenanya.
  1. Puasa.. Merupakan metode keseimbangan diri meredam hawa panas alami yg sudah ada.. Agar tidak mudah terbakar.
  1. Ibaratnya.. Jangan main api. Meski kecil. Potensi kebakaran akan besar. Sebab ini musim kemarau. Rumput2pun kering yg mudah terbakar.
  1. Dari dulu. Kita tau.. Bahwa makan dan minum merupakan sumber energi. Yg terdapat pada makanan adalah kalori. Kalor? Api..
  1. Puasa bukan barang baru dalam perjalanan manusia. Mungkin puasa ditemukan semenjak manusia menemukan makanan..
  1. Menahan tidak makan. Makanan ada 2 jenis.. Halal dan baik. Halal ; sifatnya ruhani.. Energy ruh pada makanan. Baik ; sifatnya lahiriah..
  1. Kalo yang dimakan tempe hasil mencuri. Tempenya baik. Ruh tempe itu tidak baik. Energy ruhani pada tempe itu merah seperti api.
  1. Maka. Syarat dari makanan adalah halal dan baik. Namun.. Puasa meng haram kan semua jenis ini..
  1. Lalu.. Apakah makanan adalah semua bentuk yang selama ini kita sebut makanan? Up date status TL mu bukan makanan? TV? Misalnya.
  1. Manusia itu berbuat sesuai apa yang dimakan. Atau.. Manusia itu akan berprilaku sesuai lingkungannya. Lingkungan adalah makanan sehari2.
  1. Oleh karena terlalu banyak standar 'makanan' manusia. Ia tidak bisa dinilai siapapun kecuali Dia.
  1. Puasa tidak di lanjutkan pada malam hari karena resonasi malam tidak sinergi dengan api. Silahkan berbuka. Karena sudah aman.
  1. Maap saudara. Saya telah ngarang se ngarang2 nya.. Gak ada di buku.. Kalau ada berarti kebetulan. Kalau ternyata salah. Ya biarin. Ngarang!

Sabtu, 21 Juli 2012

Equilibrium





Suatu hari saya diberi kesempatan jalan jalan ke daerah Sukabumi. Sebenarnya ini agenda perusahaan. Berkunjung ke pabrik perusahaan air minum. Sebelumnya kami sudah diberi trainning seputar produk ini ditempat kami bekerja. Mungkin mengunjungi dan melihat langsung proses produksi akan lebih lengkap. 

"Saudara saudara juga perlu tau. Air mineral ini kita ambil dari sumber mata air langsung. Tidak ada proses panjang dan lama. Dimana air diambil dari sumbernya kemudian diangkut ke pabrik yang berbeda di lain kota. Produk ini di pack langsung ditempat. Yang lebih penting lagi. Kita tidak bisa menjamin berapa besar alam memberi air kepada kita. Misal sehari dapat lima ratus botol air. Ya itulah rejeki kita hari itu. Tidak ada upaya menyedotnya lebih banyak demi satu pesanan yang besar. Dan kita pun tidak mempunyai target berapa botol yang harus di dapat dalam sehari. Semuanya tergantung pemberian alam". 
Kata pemandu acara 'jalan jalan' kami. 

Patut diberi apresiasi untuk perusahaan ini. Pantas saja simbol yang dipakai adalah simbol keseimbangan. Equillibrium. Bentuk dari keseimbangan semesta. Yaitu mengambil secukupnya sesuai kadar apa yang diberi.  
Sementara hukum ekonomi sekarang ini mengajarkan ketidakseimbangan. Mengambil untung sebanyak banyaknya dengan modal serta pengeluaran sedikit dikitnya. Seimbang dalam hal ekonomi bukan berarti berdagang tidak mendapatkan untung sedikitpun. Tetapi prosentase keuntungan jatuh pada nilai dan kadar yang wajar. 

Begitu pula dengan teman saya yang seniman lukis. Meskipun ia tidak memiliki pekerjaan lain selain melukis. Tidak membuat dirinya mempunyai target penghasilan untuk menjadi serakah dengan apa saja ia lukis. Melukis sebanyak banyaknya berarti uang sebanyak banyaknya. Namun ia tidak begitu. "Kami seniman mas.. Rejeki kami sebenarnya berasal dari ide. Tidak tiap hari kami punya ide untuk melukis, mungkin itu juga terjadi pada seniman lain. Sebenarnya kalau dipaksa bisa saja. Tapi hasilnya tidak seindah ide yang muncul tiba tiba. Sementara tangan kami hanyalah alat untuk menuangkan ide yang datang" katanya teman saya. 

Sebenarnya saya khawatir dengan kata kata target. Suatu pencapaian manusia terhadap sesuatu atas dasar keinginan. Sebab, inginnya kita belum tentu dengan inginnya Tuhan. Katakan saja bahwa Tuhan hanya mencukupi kebutuhan seseorang. Tidak keinginannya. Ketika keinginan seseorang sudah melampaui apa yang ia butuhkan, maka yang akan terjadi adalah terjadinya pengurangan lain yang tidak ia sadari. Kata lainnya.. Ketika manusia memaksakan sesuatu  melebihi titik wajar. Maka ada upaya pemaksaan Tuhan untuk supaya kembali ke titik wajar tadi. 
Kalau anda ditetapkan berpenghasilan angka 6 . Kemudian dipaksakan ke penghasilan dengan nilai akhir 9. Maka akan ada pengurangan dari Tuhan secara tidak disadari kembali ke angka 6 tadi.  

Mungkin terlalu sempit jika kita menilai sesuatu dari sudut angka, ekonomi, atau apapun yang terlihat. Kita sering dengar ada pegawai rendahan dengan gaji bulanan yang pas pasan terlihat cukup bahagia ketimbang bos besar yang berlimpah harta namun sulit tidur tiap malamnya. 

Hingga suatu ketika.. Seorang artis yang kaya raya tiba tiba naik haji plus. Sepulangnya dari Makkah ia berkata pada media.. "Alhamdulillah kami sekeluarga dapat panggilan dari Nabi Ibrahim. Menjadi tamu Allah. Subhanallah.. Tidak itu saja yaa.. Kami juga sempatkan ziarah ke negara negara muslim lainnya.. Seru banget deh " 

Dalam hati saya.. Tuhan punya segala cara untuk merugikan manusia. Cara yang baik atau cara yang buruk. Kalau cara buruk semua orang mengerti bahwa buruk merupakan teguran. Tapi kalau cara yang halus kemudian anda di naikkan haji padahal anda sedang dirugikan Tuhan, dirugikan uang dan waktu anda. Sementara anda dengan bangganya yakin dan menyatakan itu kebaikan.. 
Wallahu A'lam.. 

Sabtu, 14 Juli 2012

Ma'rifat Kyai







Kisah ini berdasar cerita nyata, dimana seorang murid sudah belajar tasawuf bertahun tahun kepada gurunya namun tidak satupun ilmu yang nyangkut dalam dada. kemudian datang lah ia menanyakan perihal tersebut kepada salah seorang Kyai  di lain desa.. begini ceritanya..


Praakkk...!!!
Kamu sudah lama bertemu dan kenal gurumu?! 
sudah lama Pak Kyai.. 
Tau apa kesukaan gurumu itu?!  
tidak Pak Kyai..
Kamu salah besar!! Salah besar..!! 
Lantas apa saja yang kamu lakukan ketika bersama gurumu?!!

Matanya nanar dan marah ketika Kyai menanyaiku, sementara aku masih heran kenapa ia begitu sangat marah.. Saya belajar dan zikir pak kyai.. ketika saya dan teman teman duduk bersama belajar kepada guru kami...
Ooo.. Zikir saja sampai tua!! 

Zikir saja sampai jenggotmu menyentuh tanah kamu tidak akan mendapatkan ilmunya!! 


Pak Kyai beranjak dari duduknya sambil mengoceh.. Kamu belajar bertahun tahun tidak akan mendapat apa apa!! Bagaimana kamu berma'rifat kepada Allah sementara kamu tidak berma'rifat kepada gurumu sendiri..!! 
Bagaimana kamu akan tau hakekat Rasulmu dan kamu tidak mengerti apa apa tentang gurumu!! 
Niatmu besar dan kamu tidak tahu darimana kamu harus berangkat!!
Ma'rifat kepada guru yang mengajarimu saja kamu tidak sanggup, apalagi kepada tetanggamu, saudaramu, keluargamu..
Salah besar!! Fatal..!! 


Kamu ini manusia apa bukan?!! 
Hampir saja Pak Kyai meludahiku.. Aku semakin duduk belingsatan dengar Pak Kyai marah meledak ledak  menanyaiku dan tidak aku berani menatapnya, karena begitu aku menatapnya raut mukanya begitu merah marah.. 


Ya saya manusia Pak Kyai.. 
Kalau Manusia itu harus Sholeh! Sholeh itu ya iso noleh.. Noleh kanan kekiri, noleh tetanggamu, temanmu, saudaramu.. lihat!! Lihat apa mereka lapar atau tidak. Susah atau tidak. Perlu bantuanmu atau tidak. Ya kalau mereka baik baik saja kunjungi mereka! Bawakan sesuatu dari rizkimu sebagai tanda syukur kepada Tuhan.. 

Apakah kamu sudah tau caranya mengenali apa kesukaan gurumu itu?! 
Belum Pak Kyai.. Karena guru kami tidak pernah minta apa apa dari kami..
Salah besar!! 
Ajak gurumu pergi ke penjual  buah di pasar, perhatikan buah apa yang pertama kali ia sentuh, itulah kesukaannya..!! Lain kali jika kamu belajar dan bertemu gurumu, bawakan kesukaannya..!! Dengan begitu ilmu yang kamu dapat akan lebih berkah!! Bahkan Transformasi ilmunya akan otomatis kamu mengerti meski gurumu tidak berkata apa apa dihadapanmu..


Aku mangguk mangguk..

Kamis, 12 Juli 2012

Pemulung Cahaya






Kata teman saya. Time Line di twitter itu seperti selokan besar yang mengalir didepan rumah. Siapa saja buang limbah pribadinya disitu. Bentuknya macam macam. Jadi kalo ada tetangga buang apa kemudian kebetulan pas kita lagi buka pintu rumah ya mau tidak mau dipaksa menikmati pemandangan yang bentuknya macam macam tadi. Kecuali tidak buka pintu rumah sama sekali atau sekalian hengkang. Pindah rumah.  cari rumah yang tidak ada selokannya. Permasalahannya adalah kita sendiri. Kita yang menentukan posisi rumah memang disitu. Karena memang niat awalnya adalah bertempat disitu supaya kita sendiri gampang buang sampah apapun.    Yang penting ketika buang sampah kemudian hati menjadi lega. Tidak perduli tetangga yang sebelahnya lagi. Mereka menikmati sampah kita atau tidak. Tidak perduli. Mungkin itupun yang dilakukan oleh para penghuni rumah rumah lain disepanjang aliran sungai sampah sungai Time Line. 


Istilah sampah pada update status di aliran Time Line menjadi sebegitu negatifnya bagi teman saya ini. Walaupun ia memakai istilah sampah. Sampai hari ini dia sebenarnya juga masih konsisten dengan nyampah tiap hari sambil menikmati kepungan sampah yang semakin hari semakin banyak. 

Diam diam saya setuju dengan istilahnya. Meski saya berfikir ulang apakah apa yang dibuang di Time Line itu beneran sampah atau bukan. Sebab bisa jadi menurut tetangga yang kaya itu hal yang dibuang merupakan sampah. Karena dia kaya. Sementara menurut saya yang kere ini bahwa apa yang dibuang itu bisa jadi berharga buat saya. Bernilai karena kebetulan saya miskin. Yang di buang justru yang saya butuhkan. Dan jadilah saya pemulung. Pengepul barang bekas siapa tau masih bisa dipakai. Didaur ulang.
Maka.. Konsistensi saya tiap hari nongkrong didepan rumah selain buang sampah. Sebenarnya juga nungguin sampah sampah dari orang kaya. Kere memang. Ya daripada terpaksa menikmati sampah tanpa ada yang bisa diambil sedikitpun.. 

Nah.. Urusan memilah sampah ini kan soal daur ulang. Menemukan segi faedah dari setiap apapun kejadian. Menemukan kembali dzat cahaya dari setiap benda, kata, kalimat, gambar, warna, angka atau apapun saja. Karena keyakinan saya bahwa segala sesuatu mengandung unsur cahaya. Jadi daur ulang merupakan kegiatan menemukan kembali cahaya yang terkandung dari apapun. 

Pada tingkatan tertentu untuk sekedar menjadi Pemulung Cahaya ini agak butuh kepekaan. Terkadang kata kata baik yang mampir di telinga kita sendiri dan itu yang sudah sangat jelas merupakan kebaikan saja kita tidak mampu benar benar mendengar dengan baik. Tidak mampu mengambil hikmah dari apa yang disampaikan dengan cahaya yang telanjang. Maksudnya tidak usah diurai dan ditafsir lagi, sudah merupakan nasehat dan kebaikan. Apalagi kata kata atau bentuk apapun sudah hampir hilang cahayanya. Jadilah ia samar. Samar dengan kata kata umpatan, kemarahan, debu debu riya yang menggelapkan. Pokoknya sampah lah. 

Sebenarnya istilah pemulung ini memang saya pakai di Twitter. Sebab banyak huruf dan kata kata yang mengalir setiap hari dengan topik yang berbeda beda. Oke.. ini memang virtual. Meski setidaknya ungkapan di Time Line  dari setiap orang cukup mewakili nuansa pikir dan bathin seseorang. Sadar atau tidak sadar. Singkatnya itu cermin kehidupan di alam mereka masing masing. Kalau kita tarik lagi dalam kaca yang lebih besar. Media sosial semacam Twitter dan Facebook merupakan satu diantara benda dari banyak benda yang kita jumpai. Dalam skala yang lebih besar lagi kita akan menjumpai cakupan yang tentu lebih luas. Yang kita hadapi tidak lagi semacam selokan atau sungai. Tetapi ternyata kita tengah berada di pusat samudera kehidupan. Dimana kalau kita tengok ribuan muara. Tidak sedikit sungai yang mengirimkan limbah sampah kehidupan. Kalau begitu, fitrah manusia harusnya bisa mengurai kembali mana yang sampah atau bukan. Untuk supaya air tetap jernih. Tetap bisa hidup dan menghidupi hewan yang didalamnya. Ya kalau begitu. Yang dibutuhkan adalah keluasan samudera wadah menerima. Apa saja dan darimana saja. Dan bukan hanya luas. Kedalaman makna. Kedalaman jiwa juga merupakan syarat mutlak dari sebuah samudera. Gimana?