Page

Selasa, 17 Januari 2012

Remeh jariyah Dua







Dulu.. Ketika bertemu teman lama didaerah Karawang, teman saya mengajak berkenalan dengan salah satu sesepuh didaerah setempat. Ketika mengobrol ngalor ngidul, sampailah titik pembicaraan tentang agama. Entahlah.. Saya lebih suka menyebutnya agama. Tepatnya seputar Tasawuf.. 


Ditengah asyik beliau bercerita tentang "Hakekat" segala sesuatu, tiba tiba ia terdiam sejenak. Kemudian seperti menerawang ke langit dan  berkata. "Sudah ya.. Sampai disini saja. Saya tidak bisa melanjutkan lagi pembicaraan yang kita bahas.. kita beralih ke pembicaraan yang lain saja.."

Saya terdiam. Kemudian dengan rasa penasaran yang tidak diungkapkan, saya menoleh kearah teman saya dengan tanda tanya dikepala. Teman saya yang melihat tanda raut muka penasaran saya, tiba tiba ia berbisik. "Nanti saja biar aku jelaskan.." 

Konon katanya, Beliau Sang Tetua daerah yang tadi memotong pembicaraannya sendiri takut akan apa yang terjadi seperti pada  masa Syeikh Siti Djenar. Bahwa interpretasi murid Sang Syekh berbeda dikemudian hari dengan pemahamannya sendiri tentang  pembahasan tentang "hakekat" segala sesuatu. Dimana mereka yang berbeda itu ternyata bukanlah benar benar murid Sang Syekh. Melainkan hanya beberapa orang yang hadir sekali dua kali saja saat pengajian rutin. Artinya, mereka mendengarkan pembahasan secara parsial, tidak seutuhnya. Yang jadi celaka adalah ketika ilmu yang diterima secara parsial tersebut dijadikan pemahaman serta kongklusi dini yang serta merta..  apalagi disebarkan..

... Aku termenung lama dalam kendaraan menuju Jakarta sampai tiba tiba sadar, tenyata sudah sampai.. " Terima kasih sudah diantar pulang sampai depan rumah, mau mampir kah??  kapan kita kesana lagi...?? " Kataku.

Tidak ada komentar: