Page

Rabu, 18 Januari 2012

Jalan Sirun ( 3 )



Matahari menggelincir kearah barat. Terik panas mentari berangsur surut. Terdengar seretan suara sapu lidi didepan halaman rumah samping warung berdinding bambu. Deru suara angin bergemuruh lewat gesekan daun rimbun pohon besar dibelakang mushalla.. Wanita tua terus saja menyapu lantai tanah tanpa menegur dua lelaki yang duduk dibangku kayu. Sirun memperhatikan suasana depan rumah Mbah Marin yang masih sepi. Sepertinya beliau tidak ada dirumah. 

Sirun menyapa dua lelaki yang duduk dibangku kayu. "sedang menunggu mas? Tinggal didaerah sini atau datang dari jauh? 

"betul mas, kami datang dari daerah Tambun.. Sudah dari tadi menunggu Mbah Marin. Tapi Beliau belum juga datang. Tadi dapat kabar Beliau sedang pergi. Tapi tidak ada yang tau kemana perginya. Kami sudah menanyakan Bang Jawir, ia pembantu Mbah, mestinya ia tau kemana perginya. Padahal, saya sudah lima kali kesini, tapi belum pernah ketemu Mbah Marin. Susah bertemu beliau mas " kata lelaki berbaju biru yang setelah Sirun berkenalan ia bernama Ahsan. Lelaki satunya bernama Rasyid. 

"kalau mau kesini.. Biasanya harus sowan dulu ke Makam Syekh Alydrus Luar Batang , jangan lupa kirim al Fatihah buat Rasulullah, Shohibul Makam dan pasti ke Mbah Marin. Kalian pasti baru pertama kali kesini ya? Saya kasih tau caranya memang seperti itu.. Sudah pernah kesana?? " Ujar Lelaki berpeci putih sambil membawa segelas kopi hitam yang tiba tiba muncul dari balik warung berdinding bambu. Lelaki berambut gondrong tersebut hampir sekujur tubuhnya diselimuti gambar tatto.  tiba tiba ia duduk bersama mereka..  

"Oo.. Mungkin itu yang membuat kami gagal bertemu Mbah Marin selama ini, jadi Mestinya kami ziarah ke Makam Luar Batang dulu ya.. " Ujar Rasyid kepada Bang Jawir.. 

"Memangnya siapa yang menyuruh kalian datang kesini?" Tanya Bang Jawir kepada Rasyid dan Ahsan.

"Guru kami di daerah Tambun Bang.." 

"Kalau kamu.. Siapa namamu??" 

"Saya Sirun Bang.. Saya tidak disuruh siapa siapa, hanya ingin silaturrahmi saja."

"Oo.. Memang tau darimana?"

"Saya tau dari mimpi bang.. Sebelumnya saya tidak tau siapa Mbah Marin.." 

Bang Jawir tidak tanya bagaimana cerita Sirun lebih rinci,  ia menyeruput kopinya. Sambil membakar sebatang rokok kretek, Bang Jawir mengatakan bahwa memang sudah banyak yang datang kesini dengan cara yang aneh. Ceritanya sangat banyak. 

"termasuk dengan cara mimpi kamu itu." Kata Bang Jawir.  





Bersambung..

1 komentar:

Anonim mengatakan...

salam selamat Mas, saya menunggu terusan ceritanya jika Mas Ibrahim berkenan.. penasaran nih.. hehehe..

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.