Lain halnya dengan teman saya, kalau saya sengaja mempersiapkan foto yang direkayasa itu demi untuk menghasilkan imajinasi yang terbaik tentang saya, maka teman saya ini tergolong manusia fotogenic. Dimana hasil jepretan kamera menghasilkan hasil yang bagus tanpa persiapan yang matang. Bahkan dengan jepretan kamera sederhana sekelas kamera ponsel.
Mengomentari soal wajah temen saya fotogenic tadi sebenarnya alasan saya untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa ia memang enak dilihat, cantik atau ganteng. Alasan lain lagi adalah bahwa kan ada bentuk kebetulan kebetulan momentum yang terjadi menjadi pas antara harapan dan hasil. Karena memang ada dalam kehidupan saya yang momentumnya adalah 'fotogenic' yang kemudian saya pamer pamer kan ke orang lain.
Misalnya saat saya mengatakan bahwa Fulan tahun besok itu akan menikah dengan si Anu. Kemudian ternyata pada tahun depan ternyata memang betul Fulan berjodoh dengan si Anu. Maka misal momentum 'fotogenic' tadi, benar benar saya umumkan ke orang banyak bahwa kejadian tersebut adalah hasil dari seolah kesaktian saya dalam memfoto kejadian.
Sebenarnya, foto yang pas itu hanyalah bagian yang sangat jarang terjadi. Lebih seringnya justru foto yang hasilnya buram, tidak bagus atau bahkan banyak yang terbakar. Tapi hal itu tidak mungkin saya umumkan ke orang orang. Sudah pastikan saya delete diam diam jangan sampai orang tau. Jangan sampai sisi hitam, sisi buremnya hidup saya diketahui.. Cukup saya yang tau jangan sampai orang lain tau itu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar