Remeh Jariyah..
Saya sudah menyangka bahwa tulisan diblog ini akan banyak komentar. Temen saya diTwitter bukan komentar tentang isi tulisannya. Kalau isi tulisan ya memang saya gak usah ge er akan banyak di tanggapi, karena memang sifatnya recehan. rangkaian cerita keremehan hidup tentang apa saja yang menurut saya lumayan untuk ditulis. Ya namanya saja remeh. Saya jadi inget kalimat beberapa bulan lalu Cak Nun tiba tiba berucap ditengah obrolan bawah pohon rindang samping kiri Acara Bulanan Kenduri Cinta malam itu. "kita gak usah serius serius amat mikirin dan bicara lantang tentang segala sesuatu yang penting. Karena masyarakat kita ini sudah tidak lagi punya kesanggupan untuk membedakan mana yang penting mana yang aksesoris. Bicara tentang apapun juga tidak bisa lagi mengubah sesuatu apalagi bangsa kita ini. Sudah tidak bisa diapa apain lagi".
Tapi temen temen saya ditwitter komentar gini.. "baru bikin blog ya mas? " rasanya tersirat ada kata lanjutan dalam hatinya , hari gini baru nulis diblog? Kemana aja??. Memang dulu sempet ikut kesurupan punya blog, sewaktu istilah blogger dan kopi darat booming. Padahal dulu tidak begitu mengerti apa gunanya blog itu. Yang penting kalo ditanya temen punya blog apa tidak pasti saya jawab. Punya doonggg.. Hari gini?!.
Bedanya ketika orang lain beramai ramai publikasi tulisan mereka itu, saya justru tidak berani melakukannya. Nah, kalau yang ini urusan esensi isi tulisan. Mungkin rinciannya seperti ini.
Pertama, tulisan dalam blog saya yang lama itu berupa kumpulan ramalan orang sekelas Jayabaya, Ronggowarsito dan beberapa naskah kuno yang saya sendiri tidak bisa saya pertanggung jawabkan perihal esensinya dan sumbernya.
Kedua, memang sengaja ditulis untuk saya konsumsi sendiri. Tepatnya koleksi pribadi. Apalagi didalamnya tidak semuanya tulisan itu adalah tulisan saya. Alias copas milik orang lain yang menurut saya penting.
Ketiga, meski kadang copas itu saya dapat pembenaran dalam artian share informasi, namun tetap saja saya merasa berat untuk membagikannya. Bagaimana mungkin saya berani bagikan tafsiran saya atas naskah milik Jayabaya? Bisa kualat nanti. Karena tafsir adalah karangan saya sendiri berdasarkan apa yang saya fahami. Iya kalau sefaham dengan Beliau Beliau itu. Kalau tidak? Istilahnya Jariyatu suu'. Menurunkan pemahaman yang tidak baik atau tidak sesuai kepada orang lain yang menjadi faham yang dipegang dikemudian hari. Kalau sampai itu terjadi maka yang saya lakukan adalah investasi kesalahan turun temurun berbasis MLM.
Jadi.. Jangan anggap remeh sesuatu hal yang bersifat pengetahuan yang disebarkan kalau tidak mengerti betul akarnya, tidak faham esensi dan maknanya. menurut saya, betul kata Cak Nun tadi. Ketidak sanggupan manusia sekarang untuk memilah mana yang benar mana yang tidak. Jangan jangan karena tidak punya pegangan apapun, maka yang anak cucu kita pegang kesalahan yang bersumber dari diri kita sendiri. Prinsipnya jangan sampai saya ikut dalam daftar panjang orang yang menyumbang kesalahfahaman sejarah. Kalau tidak mau nanti di Akherat ketika mati, kemudian tiba tiba dibangunkan Malaikat dengan dosa yang melimpah. Kata Malaikat, ini lho dosa yang mengalir, tidak putus karena perbuatanmu dulu.. Owh! Ternyata ada toh Jariyatu Suu'? Saya pikir hanya ada Amal Jariyah saja..
17 : 00 . 26 Des 2011. Cempaka Putih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar